RESAH

Sabtu, 5 Januari 2019.
Aku tidak mengerti apa yang ku nanti saat ini, Sedang masa yang terus berganti. Aku ingin menulis bukan berarti mencari jalan tikus untuk pelarian, dan bukanlah menulis adalah pelarian dari jejak kaki kaki para penyandang patah hati, tapi untuk berbagi tentang cinta dan rasa di dunia seni. tidak pandai menata dan merangkai kata dengan tata letak yang sempurna, tapi ku mencoba memberi warna disetiap bait jejak aksara yang pernah ku dapati. Tidak adil rasanya jika kita membahas dengan alunan kata "Aku". Ada beberapa banyak aku yang meninggalkan jejaknya, berharap ada aku-aku yang lain mengejar dan menelusurinya. ada sekian harapan yaitu hidup dengan aturan sehingga siap jalan secara teratur, tidak melulu melantur karna pikiran selalu kabur.

Pagi... ku dapati kau sedang terdiam,
Pernah tidak merasakan kesunyian dalam keramaian? Apa yang kau rasa saat itu? Adakah yang hilang saat itu? Seperti yang kurasa, pun kalian jua. Entah apa yang terpikirkan saat itu, seperti ada yang hilang dalam kesunyian, hingga terkubur dalam kesendirian. inikah esensi kehidupan yang paling sering terjadi, hingga banyak dari kita terdiam dengan waktu yang cukup lama untuk berpikir, bagaimana caranya untuk terus mencari perubahan pada diri. karena seringkali kesunyian mendatangkan masa yang sudah berlalu itu kembali. tidak semestinya mendatangkan masa lalu untuk kembali, namun bukan berarti tak pantas untuk mengenang. cukup berkata terima kasih karna masa lalu (ku dan mu) sudah menghantarkan kami para kaki-kaki penjelajah resah sampai pada tahap dimana kehidupan mulai rasa membaik dan bersahabat. 



merasakan kesunyian hingga akhirnyapun sendiri dalam keramaian bukan berarti masa yang sudah berlalu itu datang untuk berkunjung kembali, hingga membuat resah dan berkelana di dalam mimpi lama-mu. beberapa orang tiba-tiba berubah dalam sekejab, menjadi bisu dan tak ingin mau tau dalam sapa. semua tiada jawab, inikah yang dinamakan resah?sepi dan remang kian menjerat, terbuailah mimpi dalam senyap... hatipun luruh dengan sarat. seperti, kekosongan kian menjalar setiap langkah, kepalsuan berbondong-bondong membayangi dan menghantui jerit hati. teramat sunyi tak ada seorangpun berteriak memanggilku untuk merangkul, namun kesunyian yang memanggilku untuk memukul. 

sejenak aku duduk, terdengar nyanyian ceria dan hatiku bergerak. dingin tak terasa menyelimuti, sementara angin berhembus tipis..., kadang bergejolak, kadang diam dalam nuraniku. sepipun muncul menemani dan tak terasa seluruh tubuhku terbalut oleh anganku yang kosong. oh...hampaaa! aku berteriak, tapi tak terdengar oleh langit, aku menjerit sekuat jiwa tapi malang semuanya MEMBISU tiada jawab, aku terpaku dalam mimpiku.


Comments